Wednesday, July 21, 2010

kilas balik (1)...."kebelet berwirausaha"


Ternyata sudah lama juga yah tidak menulis di blog ini terakhir kali di tahun Maret 2008, saat itu persiapan mau "resign" alias memajukan diri. Kerinduan untuk menulis ini muncul kembali gara-gara di sentil oleh mas Budi saat forum sharing TDA Samarinda di cafe zupa-zupa samarinda. Akhirnya dengan meluangkan waktu sedikit, kucoba untuk menuliskan perjalanan hidup, perjuangan hidup yang tidak pernah kering dari perasaan senang, bahagia, sedih dan menyesal akan sesuatu.

Saat kuputuskan untuk resign saat itu aku merasa sudah siap segalanya, bahkan istri yang tadinya menolak akhirnya mau mengerti alasanku untuk resign padahal waktu itu dia lagi hamil 8 bulan dan kami belum memiliki rumah alias masih dipinjemin oleh perusahaan untuk tinggal di rumah dinas untuk sementara waktu, saat itu aku merasa ok2 saja walau pada akhirnya aku merasa malu juga, alasanku untuk menunda kepindahan dari rumah dinas di perusahaan lama dikarenakan rumah yang kubeli dengan konsep GILA itu belum selesai alias masih tahap finishing (walau akhirnya baru bisa ditempati bulan November 2008 atau selang 4 bulan sejak aku resign). Aku merasa bangga sekali, aku merasa freedom, aku merasa orang paling bahagia dan aku yakin bahwa keputusan ini adalah keputusan yang tepat, ini lah keputusan ideal seorang yang sudah kena virus nya mbah Purdie (he..he..he..).

Bisnis Taman Kanak2 (TK) ku berjalan dengan baik, wajar karena dengan sistem waralaba Primagama semua sistem sudah berjalan dengan baik, aku hanya di pusingkan dengan masalah2 internal (hubungan antara karyawan). Kami juga pada akhirnya membuka cabang baru di kota Balikpapan berbekal keuntungan dari TK di Samarinda yang sengaja kami belum nikmati. Laba di tahan ini kami investasikan juga untuk mengelola sebuah kolam renang di salah satu perumahan di kota kami. Saya bersama perusahaan TMI (saya sebagai DIRUT nya) semakin berkembang, dan saat itu aku merasa ini lah seorang TDA sejati (sombong yah...) dan pada saat bersamaan saya juga bekerjasama dengan master franchise bimbel Primagama Kaltim membuka cabang baru di kota Grogot (Kaltim) dan juga mengakusisi sebuah bimbel Primagama di kota Balaraja (Serang, Banten). Dan pada saat bersamaan saya bekerjasama juga dengan seorang sahabat di kampus dulu (ITB) berbisnis trading karet dengan mendirikan gudang penampungan di Kopo, Kabupaten Bandung, kenapa saya memilih dia untuk bekerjasama karena dia adalah pemain karet yang sudah Go International dan udah berpengalaman ekspor karet ke beberapa negara tetangga seperti malaysia, korea dan cina. Rupanya mata ini "masih kalap" sekali sampai2 saya memberanikan diri untuk bermain trading karet juga di pedalaman Kalimantan Tengah berbekal semangat dan uang "cash back dr. property ku", dan hebatnya kupercayakan uang puluhan juta itu kepada teman yang sama2 baru memulai bisnis yang juga lagi semangat2 nya berbisnis. Berhenti sampai di situ?......tidak, saya juga tergoda bermain index Hangseng di salah satu future. Jadi lengkaplah seorang Zainal Afandi menjadi seorang Pengusaha.

Saat lagi semangat2 nya aku seolah berada dalam sebuah dunia yang sangat sempit sekali yang ada hanya saya seorang yang lagi mencoba membangun sebuah kerajaan bisnis. Tapi pada bulan Mei 2008 saya membeli sebuah buku dari Brad Sugar (saya lupa title nya), selama ini saya mengagumi beliau dan banyak mengambil referensi ilmu2 beliau, tapi ada sebuah kata2 yg di tulisnya itu yg membuat saya tersontak kaget......

Kata2 itu adalah "kebelet berwirausaha" jadi menurutnya ada orang yg menjadi seorang entrepreneur melalui sebuah proses dan ada juga yg berbekal motivasi2 instan sehingga dia terjebak dalam istilahnya "kebelet berwirausaha" tadi. Kata2 ini menohok hati ku, di satu sisi aku ingin menolaknya tapi di sisi lain aku membenarkannya sudah terjadi pada diriku. Aku merasa hanya TK Primagama itu saja yang kulihat bisnis yang tumbuh karena sebuah proses. Sebelum TK itu "lahir" kami berempat (saya,juni, ahadi, dan candra) merencanakan kelahiran TK ini, kami meeting hampir tiap malam bahkan kami rela pulang ke rumah jam 2 pagi untuk mematangkan bisnis TK ini. Bahkan saat itu saya dan ahadi masih bekerja jadi waktu yg tepat untuk hunting lokasi TK nya baru kami lakukan pada malam hari, proses mengumpulkan modal walau modal kami kurang kami bisa mengatur cashflow supaya TK yg bakal lahir ini tidak kehilangan momentum tahun ajaran baru, ketika lahirpun kami masih sibuk berpromosi setiap malam bergrilya memasang spanduk dan umbul2 di tengah malam, kami memasukan jingle TK Primagama ke radio, kami beriklan di koran dan hampir tiap hari kami evaluasi efek dari media2 iklan tersebut terhadap jumlah siswa yang mendaftar.......luar biasa kami berempat begitu solid dan buahnya sekarang TK Samarinda dan Balikpapan masing2 BEP dalam waktu 1,5 tahun. Kembali lagi bahwa ternyata bisnis yg di bangun melalui sebuah proses yg sehat walau keterbatasan modal ternyata lebih solid dan kokoh dalam menghadapi berbagai cobaan, terbukti cobaan2 perpecahaan karyawan berhasil kita selesaikan. Dan pengalaman membangun bisnis TK ini sayangnya tidak saya tularkan ke bisnis lain yang kebanyakan hanya mengandalkan kekuatan modal saja (hutang pula), jadi benar kata Brad Sugar saya terjebak dalam "kebelet berwirausaha".

Suka tidak suka badai krisis keuangan dunia November 2008 menghantam bisnis2 ku terutama yg core business nya commodity trading, pada saat yg bersamaan tagihan kontraktor rumah baru saya masih ada yg outstanding (walau rumah sudah bisa ditempati), cicilan atas hutang ke bank sudah mulai "terbatuk-batuk" dan cenderung "bengek" ngga tanggung2 3 KPR rumah menjadi beban yg sangat berat, anak ke dua baru lahir dan kebutuhan rumah tangga tentu meningkat tajam, saat itu kepala rasanya mau pecah, ingin rasanya melarikan diri dari semua beban, hanya Allah dan keluarga saja yg membuatku masih berpikiran jernih, mulailah sering sharing atas semua permasalahan2 yang timbul yang ternyata tidak saya aja yg mengalaminya. Sharing2 ini lah yg akhirnya menjadi cikal bakal TDA Samarinda......

Masalahku adalah karena pilihanku, dan konsekwensi dari pilihan hidup ini adalah mempertanggungjawabkan apapun yg terjadi. Benar kata pak Miming "Mentor Hutang ku di EU" ada action maka akan timbul masalah, masalah jangan ditinggal lari tapi di hadapi dengan mengevaluasinya, evaluasi akan menghasilkan solusi dan solusi itu lah yg akan memecahkan masalah kita, kita dewasa dan mandiri karena masalah2 yg kita hadapi dapat kita selesaikan, selama kita lari dari masalah seperti "hilang dari peredaran", ngga mau ketemu pihak bank, cerai dengan istri/suami, bahkan sampai bunuh diri maka selama itu kita masih kekanak-kanakan, dan ciri2 sifat kekanak-kanakan gemar berkeluh kesah.

Masalah2 ini membuat saya dan istri makin kuat (bukan karena sudah jenuh di telpon pihak bank karena tagihan loh..), makin dewasa, dan otak kanan ini makin terexplore dengan maksimal. Kami terus mencari cara bagaimana untuk survive dan mengatur langkah baru untuk mengatur ritme barisan, kami tidak ingin kecolongan lagi, kami terus berupaya untuk menjadi pribadi yg lebih siap. Kami tidak pernah menyesali apa yg sudah terjadi tapi kami belajar dan saya rasa beberapa teman2 EU samarinda memiliki pengalaman dan komitmen yg sama, bahwa tidak ada yg dikambing hitamkan atas kesalahan2 melangkah yg pernah kami alami, resign bukanlah kesalahan dalam melangkah, memutuskan menjadi pengusaha bukanlah kesalahan melangkah, tapi sikap rakus (greedily) dan terburu-buru lah yg menjadi awal kesalahan tsb.

Waduh dah mau maghrib nih, kita sambung lagi yah sharingnya......

Salam Fuuantastic !!!

No comments: