Monday, July 30, 2007

5 pertanyaan untuk menjadi Pengusaha


(dari gambar pada barisan nomor 1 (jongkok) dari kiri Candra, Ahadi, kemudian saya yang menggunakan kemeja putih, dan Juni. Sedangkan pak Teguh berada pada barisan 2 atau no. 8 dari sebelah kiri)

Banyak ilmu yang saya dapatkan dari mentoring Pak Teguh (General Manager TB dan TK Primagama) pada malam minggu 28 Juli 2007. Seperti pementor2 sebelumnya beliau kali ini mengajak ke pada kami semua untuk menyegerakan memulai usaha, terlepas usahanya bergerak di bidang jasa, retail maupun bisnis lobi. Dari yang dipaparkan pak Teguh ada yang cukup menyita perhatianku yaitu mengenai "5 PERTANYAAN UNTUK MENJADI PENGUSAHA"

Pertanyaan2 ini bisa dipilih salah satu untuk memandu kita memulai usaha.

1. Apa yang SAYA bisa (disesuaikan dengan kompetensi yang kita miliki)
Pertanyaan ini mencoba menggambarkan bahwa dengan keahlian/skill yang kita miliki dapat menjadi modal awal untuk memulai usaha. Contohnya jika kita punya keahlian bermain musik maka dengan mudah kita menggunakan skill ini untuk mengajarkan orang lain untuk bisa bermain musik, seperti pak Purwa dengan sekolah musik Purwacaraka - nya. Usaha yang didasari dari kompetensi ini cenderung lebih "survive" dikarenakan kita sebagai Business Owner lebih tau detailnya sehingga proses yang berjalan dapat diikuti day to day dan secepatnya akan mengetahui jika terjadi "sesuatu yang ganjil". Keuntungan lainnya karena kita sendiri yang melakoni bisnis ini maka cost operasionalnya dapat ditekan seminimal mungkin karena tidak perlu menggaji seorang manager untuk mengatur operasional selain itu sedini mungkin mencegah terjadinya kebocoran pengeluaran. Walau demikian kerugiannya adalah kita akan terjebak dalam kondisi "IN BUSINESS" dimana day to day kita habiskan untuk fokus pada bisnis ini, kecenderungan customer lebih percaya kita daripada staff kita menyebabkan kita sulit untuk mendelegasikan tanggung jawab operasional ke orang lain, sehingga kemungkinan untuk mengembangkan bisnis akan terhambat.

2. Apa yang SAYA sukai (hobby oriented)
Konsep ini hampir sama dengan point 1 dimana bisnis yang dikembangkan dari hobi jauh lebih "tahan banting". Hobi kita akan tersalurkan sehingga berapapun cost operasional yang dibutuhkan kita tidak pernah merasa menyesal, motivasi bisnis ini jauh lebih kuat. Contoh kasus bisnis penyewaan buku cerita - komik, hobi membaca dan mengkoleksi komik akan tersalurkan di bisnis ini, sehingga berapapun anggaran yang dibutuhkan untuk membeli komik2 lawas (lama) dan new release tak akan jadi masalah. Customer semakin banyak yang datang ke outlet kita jika koleksi kita lengkap dan ter-update. Pelanggan setia akan bertambah seiring semakin lengkapnya koleksi kita. Kelemahan dari bisnis ini adalah susah untuk diduplikasi (menurut saya,red.) sehingga kesulitan dalam mengembangkan bisnis ini untuk menjadi beberapa cabang.

3. Siapa disekitar SAYA yang bisa
Maksudnya, kita tidak harus punya kompetensi tertentu untuk membuka jenis usaha tertentu. Yang kita butuhkan adalah mencari orang2 yang punya kompetensi yang kita inginkan untuk bekerja pada kita. Dari awal pendirian bisnis ini kita sudah menjadi BOS, kita tinggal menyampaikan konsep2 kita dan mencari manager2 yang dapat mem follow up konsep2 atau ide2 kita. Kita sebagai BOS hanya memberikan GOAL buat mereka dan tugas mereka lah sebagai "orang gajian" untuk bekerja mewujudkan mimpi kita. Banyak sekali keuntungan dari konsep ini dimana waktu kita jauh lebih banyak untuk memikirkan pengembangan bisnis, dan semakin banyak karyawan yang kita pekerjakan di bisnis ini maka pintu Rahmat Allah semakin terbuka lebar buat kita dan semua orang yang kita nafkahi. Walau demikian kita harus waspada terhadap kecurangan2 yang akan dilakukan oleh karyawan kita dan kita membutuhkan cost yang lebih besar untuk menjalankan bisnis yang management-nya kita delegasikan ini.

4. Apa yang disekitar SAYA bisa digunakan (resources oriented)
Coba kita perhatikan lingkungan di sekitar kita, apakah ada hal2 yang bisa kita bisnis-kan, potensi apa yang ada disekitar kita yang bisa kita kembangkan. Misalkan rumah kita dekat TPA (tempat pembuangan akhir), ini adalah peluang bisnis loh...akan banyak tercipta bisnis turunan di sekitar daerah ini, walaupun bagi sebagian orang tempat ini dianggap "sampah". Saya pernah mendengar kisah seorang pengumpul botol2 plastik yang punya omset 65 juta per minggu (atau sekali pengiriman potongan2 plastik yang sudah dihancurkan ke sebuah pabrik plastik di Surabaya).

5. Apa yang dibutuhkan orang-orang disekitar SAYA (market oriented)
Perhatikan disekeliling kita apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di sekitar rumah kita dan saat ini belum ada satupun orang yang berusaha memfasilitasi ataupun menyediakan. Ini adalah peluang loh...contoh kasus, belum genap 3 bulan dibukanya TOKO KRISBOW di Samarinda telah menjadi referensi bagi para kepala rumah tangga di kota ini untuk mencari keperluan2 rumah tangga seperti alat kantor, perkakas, peralatan safety dan diantara produk2 yang mereka jual ternyata genset menjadi produk yang laris manis. Hal ini rupanya dibaca oleh mereka dimana setahun ini kota-kota di Kalimantan mengalamai byar-pet akibat kekurangan pasokan energi listrik. Kebutuhan genset pun menjadi barang primer bagi rumah2 di Samarinda. KRISBOW menangkap peluang ini dengan menawarkan genset dari kapasitas 1000 VA hingga 15 KVA, produknya pun sangat berkualitas dengan jaminan 1 tahun, selain itu KRISBOW terbilang lengkap.

So........dari 5 pertanyaan diatas mana yang kita jadikan panduan untuk kita dalam memulai usaha/bisnis.

Salam FUNtastic.

Tuesday, July 24, 2007

Inspirasiku atas kesuksesan Pak Nur Dahyar

Malam ini saya sangat susah tidur karena baru saja selesai maen Futsal bersama karyawan kantor. Untuk mencari rasa kantuk kucoba untuk browsing2 internet dan di search engine kutuliskan frase "kisah sukses". Teknologi internet emang luar biasa banget, dalam sekejap laptopku sudah menampilkan banyak sekali kisah-kisah sukses, setelah kupilah-pilah dan ternyata saya tertarik untuk membaca artikel Harian Sore Sinar Harapan pada tahun 2003 yang ditulis oleh bapak Sigit Wibowo.

Tulisan ini berjudul "Kisah Sukses Pengusaha UKM, Nur Dahyar
Dari Karyawan Menjadi Rekanan Toyota"
, luar biasa banget dan penuh inspirasi selain dikarenakan latar belakang kuliah saya dulu yang bersentuhan dengan dunia metalurgi maka kisah ini memberikan beberapa AHA kepadaku. Untuk selengkapnya saya kutip langsung dari artikel tersebut untuk saya sharingkan ke pembaca, mungkin saja teman pembaca mendapatkan inspirasi dari cerita dibawah.

----------------------------

Siapa yang membayangkan orang yang dulunya bekerja di bagian produksi pabrik Toyota Astra Motor (TAM) bisa mengubah nasibnya menjadi rekanan yang memasok komponen pada perusahaan otomotif terbesar di Indonesia tersebut?

Mungkin ada, tidak tidak terlalu banyak. Dan salah satunya adalah Nur Dahyar. Nur—demikian ia biasa dipanggil-membuka usaha pallet setelah “mencuri” ilmu di TAM selama 9 tahun. Saat ini pallet buatan perusahaannya tidak saja digunakan memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga diekspor ke luar negeri. “Sejak awal saya memang mempunyai rencana menjadi pengusaha,” ujarnya.

Pada saat bekerja di Toyota tahun 1978 ia hanya berbekal ijazah SLTP. Namun keinginannya menjadi seorang pengusaha tidak pernah mati, sembari bekerja di Toyota pada malam harinya ia bersekolah SMA hingga lulus Akademi D3 komputer. Ketika bekerja di Toyota, ia pun bertekat menguasai semua bidang sehingga ia minta kepada atasannya supaya di-rolling dari satu bidang ke bidang lain.

Maka sejumlah bidang di industri otomotif ini sudah ia jalani. Mulai dari bidang pengelasan, press, pengepakan, pergudangan dan lainnya. Setelah ia memperoleh cukup ilmu akhirnya ia keluar untuk mendirikan perusahaan kecil-kecilan.
Secara kebetulan ketika di Toyota ia kenal dengan Setiadi, seorang teknisi mesin yang bekerja di PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Hubungan pertemanan ini berlanjut menjadi hubungan bisnis. Nur Dahyar lalu mendirikan perusahaan yang diberi nama PT Nuansa Raya Dinamika (NRD) tahun 1997.

Modal awal pengembangan usaha NRD berasal dari pinjaman BNI sebesar Rp 50 juta. Pertama kali memperoleh order dari Pelindo lewat jasa temannya tersebut. Proyek yang ditanganinya adalah pembuatan 9 pemancar lampu (tower) senilai Rp 135 juta yang dilaksanakan dalam beberapa periode.

“Pada bulan pertama NRD menyelesaikan order sebesar Rp 15 juta tetapi biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp 25 juta,” ujarnya. Hal ini wajar mengingat NRD harus menginvestasikan mesin dan peralatan lain. Setelah memiliki prospek yang baik koleganya tersebut mengajukan pensiun dini agar bisa fokus dalam mengembangkan perusahaan tersebut. Pada mulanya 100 persen saham dimiliki Nur Dahyar tetapi setelah Setiadi bergabung komposisi kepemilikan saham fity-fifty.

“Kami membina hubungan berdasarkan prinsip saling percaya, walaupun sering kali beda pendapat tetapi sampai sekarang masih bisa bertahan,” kata Setiadi. Jika Dahyar lebih menguasai proses produksi maka Setiadi menangani yang berkaitan masalah keuangan. Pembagian tugas yang jelas menyebabkan masing-masing orang tahu apa yang harus dilakukan dan bidang apa yang harus dikerjakan.

Beralih ke Besi/baja
Semula NRD memproduksi pallet yang terbuat dari kayu tetapi mulai tahun 2001 beralih dengan bahan baku dari besi/baja. Sejak tahun 2002 pallet buatan NRD semua berasal dai besi/baja. Hal ini disebabkan negara seperti Malaysia dan Australia sudah tidak mau menerima pallet yang terbuat dari kayu karena menciptakan masalah lingkungan.
Saat ini produk yang dihasilkan NRD tidak saja pallet baja tetapi juga peralatan konstruksi baja dan mesin-mesin sederhana. NRD telah berkembang menjadi tiga pabrik kecil yang menempati wilayah seluas 2560 meter persegi di daerah Semper. 55 persen produksi NRD untuk memasok kebutuhan Toyota sedangkan 45 persen kepada pelanggan lain. Tercatat beberapa perusahaan seperti PT Maersk Line, SCI, American Line, Mulia Keramik mengguanakan produk NRD.

Saat ini beberapa bank telah menyalurkan kredit pada UKM ini yakni Bank Niaga, Bank Permata dan Citibank. “Sekarang kredit yang bisa dikucurkan bisa mencapai Rp 1 miliar per bulan seiring dengan perkembangan perusahaan,” kata Setiadi. Ia merasa bersyukur karena omzet perusahaan yang semula hanya dibawah Rp 100 juta sekarang sudah mencapai Rp 14 miliar.

Setiadi memperkirakan omset perusahaan di akhir tahun bisa mencapai Rp 20 miliar. Meskipun masih mengandalkan produksi pallet baja tetapi produk-produk lain non-pallet akan ditingkatkan. Pada 2005-2007, NRD ingin masuk pada pengembangan produk komponen mesin. Rencananya 2007-2010 investasi peralatan dan mesin-mesin sudah bisa dilakukan dan akhir tahun 2010 sudah bisa berproduksi.

Khusus bahan baku perusahaannya dipasok oleh PT Krakatau Steel melalui 5 distributor dan pipa dari perusahaan Bakrie. Sejauh ini pasokan lancar sehingga produksi tidak terganggu. Namun penguatan dolar terhadap rupiah akhir-akhir ini menyebabkan kekhawatiran karena dampaknya sangat buruk bagi usahanya.

Sementara untuk jumlah karyawan terus meningkat dari tahun 1997 yang hanya Nur Dahyar dengan anggota keluarga saja. Tahun 1998 berjumlah 7 orang sekarang sudah berkembang menjadi 122 orang. Kebanyakan atau sekitar 78 orang merupakan lulusan smu, 3 dari akedemi, 6 orang univeritas dan sisanya pendidikan SD dan SMP.
Jepang ingin masuk setelah melihat prospek bisnis yang baik maka ancaman terbesar yang dihadapi perusahaan adalah rencana perusahaan Jepang melakukan investasi di sektor ini. Hal inilah yang dikhawatirkan karena bisa mengancam eksistensi NRD. Namun kebijakan Toyota yang tetap ingin mempertahankan partner lokal menyebabkan mereka belum bisa masuk.

Tetapi indikasi perusahaan Jepang ingin masuk ke sektor ini sudah ada. “Kami meminta pemerintah memperhatikan ini sebab secara modal dan teknologi mereka pasti tidak kalah,” kata Dahyar.
Sebelumnya tahun 2004 NRD juga terancam setelah produk-produk bajakan dengan harga murah dari Cina diselundupkan melalui berbagai pelabuhan. “Modusnya mereka bekerja sama dengan beberapa orang aparat bea cukai untuk meloloskannya,” ujarnya

Wasalam,

Salam FUNtastic !!!

Monday, July 23, 2007

Kiroro Mirai



Artinya.....dicopy dari blognya ibu Yulia
Mirai e ( Menuju Masa Depan)

Coba liat jejak tapak kakimu,
itulah jalan yang sudah kau tempuh,
tapi coba lihat ke depan juga
itulah masa depanmu

Begitu banyak kebaikan yang sudah kuterima dari ibu
cinta dan kasih sayangnya silih berganti menemani
namun, waktu itu aku masih kanak-kanak,
belum mengerti semua itu..

Namun begitu, ibu selalu menggenggam erat tanganku
dan kita melangkah bersama

"mimpi itu harus setinggi langit
walau ada kekhawatiran, tetap saja mengejar impianmu!"
"karena itulah yang akan menjadi cerita hidupmu
jadi, jangan pernah menyerah!! "
"kalau bimbang dan ragu,
genggam tangan ibu, dan kita akan melangkah bersama "

Coba liat jejak tapak kakimu
Itulah jalan yang sudah kau tempuh
Tapi coba lihat ke depan juga
Itulah masa depanmu

Yuk, kita bersama-sama
melangkah perlahan menuju masa depan......

Sunday, July 15, 2007

Warming up sebelum kick off

Kemarin, Sabtu tanggal 14 Juli 2007 telah dilaksanakan pertemuan formal pertama antara pihak pengelola TK dan Playgroup Primagama cabang Samarinda dengan orang tua murid. Pertemuan berjalan baik dimana dari rencana 50 orang tua murid dihadiri sebanyak 30 orang tua murid, pertemuan ini pula menjadi kebanggaan para Owner (saya, Juni, Candra dan Ahadi) karena seluruh staff pengajar menjalankan tugasnya denganbaik, tidak ada kecanggungan diantara mereka. Pada kesempatan ini pula kami patut berbangga karena pada hari dilaksanakan Contact Learning, Ibu Rika perwakilan Primagama Yogyakarta berkesempatan hadir langsung dalam acara tersebut. Sehingga para orang tua dari murid mendapatkan penjelasan secara detail.

Beberapa hari sebelum acara ini kami telah melakukan beberapa persiapan seperti pembelian genset (karena kaltim hampir tiap hari byar..pet), penyempurnaan lukisan outdoor, penyiapan materi untuk acara tersebut, dll. Acara contact learning ini sendiri menjadi acara pembuka sebelum dimulainya kurikulum baru pada tanggal 16 Juli nanti. Dari semua persiapan yang telah dilakukan, Ibu Rika merasa puas atas kinerja kami (para owner dan staff pengajar) dan menjadi tanggung jawab bersama kami untuk mengemban amanah dari 50 orang tua murid yang telah menitipkan anak2 mereka kepada kami. Nama besar Primagama memang menjadi bukti bahwa lembaga pendidikan ini telah dipercaya oleh masyarakat, dan menjadi awal pembuktian kami bahwa kami mampu mengemban nama besar Primagama.

TK dan playgroup ini merupakan bisnis pertama saya yang membutuhkan investasi lebih dari 100 juta. Sungguh pengalaman yang berarti bagi perjalanan saya menuju TDA, beberapa hari lagi kami berempat akan mulai membuka Perseroan Terbatas, ternyata mencari nama yang cocok tidak semudah menjalankan bisnisnya......(he..he..). Sudah hampir 3 bulan nama tersebut belum muncul juga....untungnya kami langsung TAKE ACTION, apajadinya seandainya kami masih menunggu pendirian PT terlebih dahulu, mungkin sampai dengan sekarang kita tidak akan melihat TK ini. Rupaya modal berani adalah modal pertama kami, jika seandainya juga kami terkungkung oleh biaya investasi yang tidak sedikit ini tentu TK ini belum ada sampai detik ini. So, benar prinsip 4 M nya pak Purdi untuk memulai sebuah usaha yaitu :
1. Mulai
2. Mulai
3. Mulai
4. Mulai

Kekuatan pikiran ternyata menjadi faktor utama berdirinya TK ini, keuntungan usaha dijalankan lebih dari satu orang adalah terjaganya semangat dan motivasi, jika diantara kami ada yang kurang yakin atas usaha ini maka teman yang lain akan memotivasi sehingga keyakinan keberhasilan bisnis ini tetap terjaga. Tidak mudah memang menjaga motivasi ini, butuh usaha ekstra keras apalagi saya yang masih dalam zona kenyamanan dimana setiap hari bertemu dengan orang2 yang dominan otak kiri nya. Target kami untuk tahun ini adalah 50 siswa, diantara kami ada yakin dan ada yang tidak yakin termasuk saya sendiri, ternyata setelah melihat semangat teman yang lain maka pikiran saya 1,5 bulan terakhir hanya ada kata2 50 siswa-50 siswa dan 50 siswa. Alhamdulillah kekuatan pikiran ini menunjukan kekuatannya, ternyata pikiran positif kita dengan sendirinya memancarkan hawa2 positif ke sekelilingnya dan otomatis mencai jalan untuk mewujudkan mimpi tersebut, tidak masuk logika memang tapi harus dibuktikan.

Selama bulan Februari s.d April, posisi para Owner adalah sebagai self employee atau posisi "IN BUSINESS" dimana kami bekerja mencari tempat usaha, mengurus perijinan baik ke tetangga maupun ke pemda, mengurus marketing ke koran,radio,brosur,reklame dan buka stan pameran di mall. Akan tetapi kami mentargetkan tidak selamanya "IN BUSINESS", kami harus "ON BUSINESS" dengan merekrut karyawan yang akan menjalankan sistem yang sudah kita bentuk. Sehingga para Owner berada posisi mengawasi dan evaluasi terhadap sistem yang berjalan.

Cukup simple bukan tapi yang menjadi masalah adalah kesolidan kita dengan para staff pengajar. Ilmu ini ternyata kami praktekan dari ilmunya Pak Purdi sewaktu seminar beberapa bulan yang lalu.

Ok...pembaca mungkin ada inspirasi yang bisa diambil dari tulisan ini semoga bermanfaat.

Salam FUNtastic...

Wasalam,

Monday, July 09, 2007

Bisnis bantal cintaku


Kali ini saya ingin sharing sedikit mengenai bisnis bantal cinta yang kumulai sejak bulan Februari lalu, bisnis ini meliputi jualan bantal cinta (sebagai trend mark nya), sprei yang unik untuk berbagai ukuran bantal, dan bed cover. Awalnya bisnis ini ditawarkan oleh istrinya temen sekantor ke istri saya, dimulai dengan coba-coba akhirnya sekarang menjadi salah satu penyumbang devisa rumah tangga ku (he...he...). Dikarenakan typical orang2 Samarinda yang lebih suka membeli barang dengan kredit maka kami mencoba mengikuti pasar. Awalnya ditawarkan keteman2 di kantor dan pegawai PNS.....rupanya respon pasar cukup menggembirakan. Berbekal tabungan kami mulai mengambil lagi barang ke Jakarta, transaksi yang kedua pun berjalan mulus. Setelah kupelajari ternyata bisnis yang kami lakukan cuma berbekal katalog, jika ada yang tertarik mereka sms ke kami kemudian kami pesan ke Distributor, setelah barang datang kami langsung transfer ke distributor tersebut. Hal ini cukup sederhana dibandingkan jika kita menyetok beberapa barang di toko, setelah kami survey ke beberapa pesaing kami ternyata kelebihan kami ada pada masalah ringannya pembayaran karena menggunakan sistem kredit tadi.

Masalah mulai menghampiri kami ketika akan melakukan transaksi ke tiga, dimana cash flow kami tidak berjalan cepat, maklum kredit ada yang sampai 5x (umumnya 3x). Setelah kupelajari bisnis ini ada 3 poin penting yang harus dipegang :

1. Kekuatan modal adalah nomor 1, karena cash flow lambat akibat sistem kredit ini maka pengembalian modal pun ikut lambat juga. Sehingga solusinya, saya harus menyiapkan modal yang cukup besar yaitu 3 bulan pertama modal saya harus nombok dulu. Setelah 3 bulan kita akan merasakan cash flow nya, walau lambat bisnis ini terbilang pasti karena sistem kami adalah sistem order, dimana pertama-tama order datang dari costumer setelah melihat katalog kemudian kita melakukan pemesanan ke distributor, kurang lebih seminggu barang akan datang, setelah datang maka dilakukan pelunasan ke distributor via ATM, setelah itu kita distribusikan ke costumer yang mengorder tadi dengan langsung membayar cicilan pertama dulu, kemudian dilanjutkan pada bulan ke dua untuk cicilan ke dua dan seterusnya. Walau demikian kami juga menerima pembelian secara tunai yang tentu saja jauh lebih murah dibandingkan secara kredit.

2. Hati-hati dalam memilih pelanggan, hal ini sangat saya perhatikan karena saya memberikan cicilan tanpa jaminan. Saya lihat2 dahulu siapa yang akan saya ijinkan beli kredit ke saya, seperti kemampuan pembayarannya tiap bulan, track recordnya dalam pembayaran ke orang lain. Resiko dari sistem ini adalah terbatasnya konsumen saya karena saya membatasi pembelian secara kredit. Kedepannya saya akan mencoba menjual secara direct selling tapi secara tunai untuk menaikan omzet saya.

3. Perlu 2 rekening tabungan. Tujuannya rekening yang pertama digunakan untuk pengembalian modal dan rekening yang kedua untuk profit. Setiap pelanggan yang membayar cicilan saya selalu bagi menjadi 2, contohnya : 70% dari cicilan untuk pengembalian modal dan 30% dari cicilan untuk profit. Setelah ada pemisahan rekening maka secara otomatis saya bisa mengatur pembelian berikutnya, dan saya juga cukup tenang karena uang profit dari bisnis saya bisa saya lihat. Akan terbayang ribetnya kalo masih menggunakan rekening kecuali memiliki pencatatan akuntansi yang bagus.

So bisnis ini cukup prospektif bagi saya untuk di upgrade omzetnya setelah melihat laporan keuangan yang dibuat istri saya ternyata cukup sehat. Kemungkinan untuk di bukanya toko atau distro masih penjajakan.....

Salam FUNtastic...

Wasallam,

Cari Uang Besar dari Rekayasa Keuangan


"Bukan bermaksud plagiat tapi saya mencoba mengutip langsung tulisan Pak Dahlan Iskan dari harian KALTIM POST edisi 9 Juli 2007 yang ternyata aksesnya cukup lambat ke situs tersebut, atas pertimbangan tersebut saya menghadirkan tulisan berikut sebagai bahan inspirasi kita semua dan untuk kebaikan kita semua"

CATATAN: DAHLAN ISKAN
MISALKAN Anda mempunyai rumah yang bagus. Rumah itu dibangun sendiri oleh kakek atau ayah Anda, sejak pasang batanya, kerangkanya, gentengnya, sampai membuat tamannya. Karena sudah punya rumah sendiri, Anda menyewakan saja rumah warisan itu. Tiap tahun Anda dapat uang sewa. Nilai rumah itu, katakanlah, paling tinggi sekarang Rp 10 miliar. Itu pun akan sulit cari pembeli yang mau segitu.
Tapi, Anda tidak pernah berpikir sedikit pun untuk menjual rumah itu. Anda bangga memiliki bangunannya, menyimpan sertifikat tanahnya, dan menikmati uang sewanya. Tiba-tiba, ada orang datang yang ingin membeli rumah itu dengan harga Rp 13 miliar. Meski mungkin mula-mula Anda langsung mengatakan “tidak akan jual rumah itu”, tapi apakah Anda tidak tergoda untuk memikirkannya?
Begitulah yang kian sering terjadi sekarang di dunia bisnis besar. Jual beli perusahaan terus semakin gila-gilaan. Meski sedang dirundung sengketa yang terus memanas dengan Wahaha, partner-nya di Tiongkok, Danone, sedang menawar dengan harga lebih tinggi perusahaan Kraft Food dari Chicago, AS. Ini perusahaan biskuit yang punya pasar terbesar di Eropa. Untuk membeli perusahaan itu, Danone harus mengeluarkan uang Rp 70 triliun. Jauh lebih tinggi daripada harga wajarnya.
Tentu, pada awalnya, Kraft tidak berniat menjual perusahaannya. Sebab, Kraft sendiri baru saja membeli perusahaan Inggris, United Biscuit unit Portugal dan Spanyol. Tapi karena tawaran Danone memang menggiurkan, jual beli perusahaan itu kini hampir tuntas. Maka, merek-merek terkenal seperti Ritz dan Oreo pun akan menjadi milik Danone. Seperti juga merek terkenal Tiongkok, Wahaha, dan merek terkenal di Indonesia, Aqua.

Merek-merek yang sudah beken, di samping penguasaan pasar dan keandalan manajemen di dalamnya, memang sedang diincar oleh orang-orang yang suka membeli perusahaan. Sebab, mereka menyadari membangun merek dari awal hingga terkenal tidaklah gampang. Memakan waktu panjang, kerja keras, dan biaya besar. Bagi mereka, membeli perusahaan yang sudah ’’jadi” lebih cepat dan mudah. Tinggal satu pekerjaan: mencari uang besar. Ini, mah, pekerjaan rekayasa keuangan biasa saja.
Cara seperti Danone, atau juga Walmart, juga dilakukan raja media asal Australia, Rupert Murdoch. Dulu dia membeli Times of London, koran paling besar dengan merek paling terkenal di Inggris. Kini Murdoch sedang menyelesaikan pembelian Dow Jones. Perusahaan ini, antara lain, memiliki harian Wall Street Journal, koran terbesar dan terkenal di Amerika. Melihat korannya juga diperlakukan seperti barang dagangan biasa seperti itu, beberapa karyawan Wall Street Journal kecewa. Lalu, mereka melakukan demonstrasi kecil-kecilan dengan membeber poster: Dijual, Walmart Journal!
Kalau seorang seperti Murdoch sudah mengincar merek dan reputasi sehebat itu, harga tidak jadi pertimbangan lagi. Meski pada awalnya ahli waris Dow Jones sama sekali tidak pernah berpikir untuk menjual perusahaannya, tapi karena tiba-tiba saja Murdoch memberikan keterangan kepada wartawan bahwa dia mau membeli Dow Jones dengan harga 50 persen lebih tinggi daripada nilai pasarnya, para ahli waris itu limbung. Ahli waris Dow Jones terkaget-kaget. Bukan saja tidak pernah terpikirkan menjual perusahaan, tapi juga belum pernah bicara apa pun dengan Murdoch. Tapi, melihat harga yang disebut itu luar biasa besar (sekitar Rp 48 triliun), lama-lama ahli waris Dow Jones memikirkannya. Kalau reaksi awalnya menolak mentah-mentah, lama-lama menjadi ’’kita pikir-pikir dulu’’. Lalu, ’’Yah, kalau harganya cocok, mengapa tidak?’’ Toh sang ahli waris tidak pernah merasakan susahnya membangun perusahaan itu dulu. Apalagi juga tidak memegang manajemennya. Semua sudah dipegang para profesional sehingga tinggal sesekali saja ’’rasa memiliki’’ mampir pada hatinya. Terutama saat lagi terima dividen. Maka, tidak mustahil bila perkembangan reaksi dari ’’menolak’’, menjadi ’’pikir-pikir’’, sampai ke ’’mengapa tidak’’, akhirnya tiba pada ujungnya: ’’setuju’’!
Di tingkat negara, Singapura-lah yang rajin membeli perusahaan di luar negeri. Negara yang jumlah kepemilikan handphone-nya kurang dari 5 juta itu (karena penduduknya hanya 3 juta) akan memiliki perusahaan telekomunikasi terbesar di Asia karena terus membeli perusahaan telekomunikasi di mana-mana. Termasuk, Telkomsel dan Indosat di Indonesia.

Di bidang penerbangan, Singapura yang bandaranya saja hanya satu (dan karena itu tidak punya penerbangan domestik) juga bisa memiliki perusahaan penerbangan terbesar karena akan terus membeli perusahaan penerbangan di negara lain. Bulan lalu Singapura membeli 25 persen saham China Eastern, perusahaan penerbangan ketiga terbesar di Tiongkok.
Dan pelabuhan Singapura hampir saja menjadi pelabuhan terbesar di dunia kalau saja tahun lalu berhasil memenangkan persaingan untuk membeli perusahaan pelabuhan London. Keunggulan manajemen Singapura di bidang telekomunikasi, pelabuhan (paling efisien di dunia), penerbangan (terbaik di dunia), dan perbankan memang jadi andalannya.

Kini, untuk menjadi besar, tidak lagi harus jual beli barang. Atau tidak harus mandi keringat, banting tulang membangun usaha mulai dari kecil. Itu sudah dianggap kuno dan lambat. Langsung saja membeli perusahaan yang sudah besar dan ternama. Bahwa harga lebih mahal daripada seharusnya, nanti ada hitungannya tersendiri.
Yang dilakukan Singapura sebenarnya masih juga agak kuno. Masih membeli perusahaan yang kurang baik karena ingin harga yang murah. Lalu, dengan keunggulan manajemennya, perusahaan itu dibenahi. Lama-lama berkembang pesat sehingga nilainya bertambah-tambah. Jelasnya, untuk ’’membeli’’ perusahaan, Singapura masih ’’menjual’’ manajemennya.
Tapi, yang dilakukan Danone atau Murdoch, atau yang lain-lain lagi (tidak mungkin disebutkan satu per satu di sini), sudah tingkat ’’mahir’’: membeli perusahaan yang sudah hebat dengan manajemen yang sudah tangguh. Biar pun harganya lebih mahal, manajemen yang baik akan dengan cepat ’’menutupi’’ selisih kemahalannya itu.
Bagaimana Tiongkok? Negeri ini, tampaknya, berpikir tidak perlu harus melewati tahap-tahap itu. Terlalu lambat. Tiongkok ingin langsung meloncat ke tingkat ’’pascamahir’’ itu tanpa melalui tahap yang dilakukan Singapura atau pun Murdoch.

Lihatlah: Tiongkok mulai membeli Blackstone Group, sebuah perusahaan di AS yang bisnis utamanya justru membeli perusahaan. Sudah ratusan perusahaan hebat-hebat dibeli oleh Blackstone. Dan kini Tiongkok membeli saham Blackstone itu! Tiongkok tidak perlu menunjukkan ’’harus berkuasa’’ di perusahaan tersebut. Manajemen Tiongkok memang belum dikenal hebat seperti manajemen Singapura atau Barat. Tiongkok awalnya membeli 9,9 persen saham Blackstone. Itu pun saham ’’nonvoting’’. Tentu, kepemilikan saham itu akan terus membesar karena Tiongkok akan menanam lagi USD 200 miliar ke Blackstone. Tujuannya agar Blackstone terus punya kemampuan untuk membeli perusahaan lebih banyak lagi. Termasuk membeli Bluestars Group, sebuah holding company milik pemerintah Tiongkok sendiri. Muter seperti susur dan sirih.
Dana USD 200 miliar (angka ini tidak perlu dirupiahkan karena nolnya terlalu panjang) yang akan dimasukkan ke Blackstone itu akan diambilkan dari sebagian cadangan devisa Tiongkok yang kini sudah mencapai USD 1,2 triliun –cadangan devisa terbesar di dunia.

Blackstone juga baru saja membeli Hotel Hilton Group sebesar USD 20 miliar (atau sekitar Rp 190 triliun). Blackstone langsung menarik Hilton dari pasar modal sehingga status perusahaan publik yang sudah disandangnya sejak 1946 berakhir.
Waktu itu, 60 tahun lalu, Hilton perlu go public karena hotel yang didirikan oleh keluarga Hilton pada 1919 di Texas ini ingin membeli hotel terkemuka di New York, Waldorf Astoria. Kini Hilton Group memiliki hotel di 2.800 lokasi, yang otomatis menjadi milik Blackstone, eh Tiongkok, eh Blackstone, eh Tiongkok, entahlah!
Untuk membeli kebesaran, kehebatan, reputasi, dan keandalan manajemen Hilton (kini menjadi jaringan hotel kedua terbesar di dunia setelah Marriott) itulah, Blackstone mau membeli perusahaan tersebut dengan tawaran harga 30 persen lebih mahal daripada sewajarnya.
Dalam kasus jual beli perusahaan seperti itu, mahal-murah benar-benar bukan persoalan besar. Murah-mahal, rupanya, hanya jadi masalah kalau kita membeli beras atau kaus kaki.***

Thursday, July 05, 2007

Jual-beli perusahan menjadi trend dunia

Hari ini saya terinspirasi oleh tulisan Pak Dahlan Iskan dalam harian KALTIM POST tanggal 9 Juli 2007 yang mengambil wacana "Cari Uang Besar lewat Rekayasa Keuangan" dimana beliau mengambarkan bahwa jika seandainya kita membangun rumah kemudian banyak orang yang terpesona dan tertarik untuk membeli rumah itu, belum tentu kita tergoda menjualnya karena sejak awal pembangunannya kita terlibat langsung hingga finishing termasuk pemilihan interiornya. Apalagi jika kita sudah jatuh cinta terhadap rumah tersebut, ditawar 5 milyar pun akan kita tolak. Akan tetapi ceritanya akan berubah seandainya beberapa tahun kemudian kita wariskan rumah tsb. ke anak atau cucu kita yang secara history ahli waris ini tidak mempunyai "rasa memiliki" sebesar kita. Seandainya orang yang tertarik tadi datang kembali menawar rumah warisan tersebut sebesar 10 milyar mungkin saja ahli waris kita masih bertahan untuk tidak menjual rumah tsb. tetapi jika dinaikan sampai 13 milyar ?......saya yakin mereka akan tergoda

Itulah ilustrasi yang terjadi dewasa ini, dimana 20% orang dimuka bumi yang memegang 80 %kekayaan dunia ini beraksi melakukan jual beli perusahan. Model menciptakan bisnis baru kemudian membesarkan hingga mencapai profit yang menggiurkan merupakan model lama bagi para billioner saat ini, karena alasan waktu yang dibutuhkan lebih lama lah sehingga saat ini mereka berlomba-lomba membeli perusahan yang sudah jelas-jelas menguntungkan dimana mereka cukup bermodalkan "over vulus" dan feasibility study. Contoh konkret banyak klub-klub sepakbola Inggris seperti Manchester United, Manchester City, Chelsea, dan Liverpool yang memiliki angka pemasukan vulus yang luar biasa dibeli oleh orang2 yang berkantung tebal seperti Mr. Murdoch.

So bagi kita semua perkara untuk menjadi kaya apalagi dalam waktu singkat tidaklah sesulit 20 tahun lalu, dimana saat ini telah tersedia banyak sekali buku2, pelatihan2 dan komunitas entrepreneur untuk mewujudkan mimpi tersebut. Kecanggihan teknologi juga mendukung proses percepatan ini sehingga saya optimis jumlah pengusaha makin lama makin bertambah khususnya di Indonesia.

Secara detail mengenai tulisan ini dapat dibaca di tulisan Pak Dahlan Iskan .

Salam FUNtastic,

Wasalam,

Monday, July 02, 2007

Pak Purdie bagi2 ilmu.....


Saya baru bisa posting lagi pada malam hari ini dikarenakan baru pulang dari liburan weekend di Balikpapan, selama 2 hari ini saya manfaatkan untuk mengurus BPKB motor, silahturahim dengan orang tua dan keluarga dan yang ngga kalah seru dapat prospek baru untuk pengembangan usaha di bidang pendidikan (saat ini masih proses...setelah goal insya Allah akan di sharing-kan ke pembaca). Langsung aja ke topik...Sebenarnya Pak Purdie memberikan seminarnya hari Jum'at tapi dikarenakan jadwal yang padat maka diundur hari Sabtu...Tema mindset otak kanan dan otak kiri menjadi pembuka seminar tersebut dimana Pak Purdie menggambarkan bahwa rutinitas yang sering kita lakukan sehari-hari telah terpola dalam otak kiri kita termasuk hitung menghitung yang sering kita dapatkan di bangku sekolah, sedangkan intuisi, inovasi, feeling, dan serba ketidakaturan menjadi bagian dari produk otak kanan.

Berbagai teori dari berbagai disiplin ilmu yang kita dapatkan sejak dari SD hingga kuliah membuat aktivitas otak kiri kita lebih dominan dibandingkan otak kanan kita sehingga secara tidak langsung menjadi penghambat atau penyakit kita dalam memulai usaha kecuali jika memilih berkarir sebagai karyawan. Mengapa demikian ? karena setiap peluang-peluang usaha yang muncul didepan kita tidak akan pernah terealisasi menjadi usaha yang sukses dikarenakan terlalu banyak pertimbangan dari otak kiri manusia.

Sebagai contoh ilustrasi respon dari otak kiri manusia :

1. Ketakutan kita terhadap kegagalan, padahal dalam dunia usaha kegagalan merupakan salah satu syarat lulus menjadi pengusaha. Tanpa kegagalan kita tidak akan pernah tau bagaimana kesuksesan itu diraih. Mungkin saja si Fulan ditakdirkan punya 10 kali kegagalan sebelum menjadi seorang milyuner, tapi akan berbeda ceritanya jika si Fulan baru sekali gagal sudah mundur teratur, padahal dia masih punya jatah 9 kali gagal lagi. Jadi lebih baik gagal berusaha daripada gagal mencoba, kuncinya adalah dari kata mulai dan terus mulai, sekali gagal jangan berhenti tetapi pelajari dimana letak kesalahannya. Semakin sering gagal maka mental kita semakin kuat dan feeling kita terhadap usaha gagal dan usaha sukses semakin terbentuk. Ada saatnya ketika feeling manusia terbentuk dia cukup "meraba saja" sudah tau mana investasi yang merugikan mana investasi yang menguntungkan.

2. Terlalu banyak berhitung, belum saja usahanya dimulai sudah memikirkan kapan balik modalnya (BEP) maksudnya ketika sudah tau modal yang dibutuhkan cukup besar dan BEP-nya terlalu lama kita mundur teratur padahal kita belum mulai. Rupanya kalkulasi di atas kertas membuat kita kalah sebelum mengambil tantangan. Ini lah salah satu penyakit mengapa kita masih bertahan di kuadran kiri (kuadran employee atau kuadran self employee).

3. Tidak berani usaha karena tidak punya modal uang, padahal sangat banyak sekali pengusaha2 di Indonesia yang sukses tanpa harus memiliki modal uang dari kocek pribadi, masih banyak cara untuk mendapatkan uang contohnya dari BODOL (Berani Optimis moDal Orang Lain, BOTOL (Berani Optimis Tenaga Orang Lain), BOBOL (Berani Optimis Bisnis Orang Lain). Modal uang tergantung modal2 yang lain seperti modal koneksi/relasi, modal keberanian, modal keyakinan sukses, modal doa dan modal2 yang lain. Tanpa itu kita akan sulit mendapatkan modal uang karena uang adalah alat untuk mencapai sukses atau kaya, sedangkan yang lain merupakan pondasi untuk sukses tanpa adanya keberanian dan keyakinan sukses, berapapun kita punya uang akan susah untuk sukses.

Beberapa cara untuk mengoptimalkan otak kanan sebagai dasar berwirausaha adalah :

1. Memperbanyak bergaul atau berkomunitas dengan orang2 "otak kanan" karena dengan komunitas2 ini maka semangat serta motivasi kita terjaga, langkah ekstremnya adalah resign dari kerjaan saat ini. Karena kehidupan kerja yang bergelut dengan karyawan2 menyebabkan otak kanan kita tidak menemukan kebebasannya. Tapi jika bergaul dengan para pengusaha2 atau calon pengusaha secara nyata akan mendorong kita masuk dalam persaingan atau kompetisi untuk mencapai target tertentu. Seperti klub 11 digit yang diprakarsai oleh Pak Roni, dimana beliau mengajak anggota TDA untuk berlomba-lomba mencapai income bersih (Net Worth) 11 digit selama 5 tahun.

2. Take action saja secepatnya, jangan terlalu lama berkutat pada hitungan untung rugi, karena pada kenyataannya hasilnya sering berkebalikan dengan hitungan tsb. Banyak yang hitungannya untung ternyata setelah dilakoni malah rugi tapi banyak juga kalkulasi kita rugi ternyata usaha tersebut dapat bertahan hingga sekarang. Jadi action saja sekarang, toh kalo kita belajar berenang tidak perlu teori segudang cukup langsung cebur saja, hari pertama ngga bisa, hari kedua mulai ngambang, hari ketiga mulai bisa berenang, hari keempat mulai pake gaya bebas, sebulan kemudian udah bisa berenang dengan cepat sesuai target yang dikehendaki. Setelah bisa berenang kita dengan mudah ngajarin orang berenang, jadi street smart lah.....kuncinya adalah dengan mengambil keputusan "take action" berarti kita menggunakan otak kanan, otak kiri akan bekerja dengan sendirinya memikirkan gimana caranya usaha tetap survive hingga sukses.

3. Lebih banyak bersedekah, dengan berinfak berarti kita telah menginvestasikan uang kita untuk dunia dan akhirat. Maksudnya pahala dapat, rezeki dunia insya Allah dapat karena dengan jelas Allah berjanji nilainya 1 : 10, 1 unit kita menginfakkan harta kita di jalan Allah maka akan diganti 10 kali lipat unit dari Allah (tentu saja perlu dilandasi keikhlasan). Jika kita bersedekah/berinfak/berzakat masih hitung2 an, maka Allah pun akan perhitungan untuk menurunkan rezekinya ke kita. Berutang ke bank sebenarnya posisi kita berada pada tangan diatas, karena cicilan yang kita bayarkan sama saja kita menafkahi bank tersebut termasuk menggaji karyawannya, jadi tangan kita lebih mulia dong.........selain itu dengan meminjam modal dari bank berarti kita didoakan oleh banyak orang supaya usaha kita sukses, sebaliknya jika usaha memakai duit pribadi yang mendoakan cuma kita seorang...he..he..he..

Pak Purdi juga menggambarkan bahwa menjadi karyawan tanpa kita sadari rezeki kita dikendalikan orang lain sedangkan menjadi pengusaha, kita sendiri yang mensetting rezekinya, mau punya penghasilan 100 juta per bulan kah atau 1 milyar per bulan semuanya tergantung kerja pintar kita tentu saja disertai doa. Kita perlu menyimak negara tetangga Australia dimana jumlah pengusaha hampir sama banyaknya dengan karyawan sehingga karyawan disana memiliki penghasilan yang cukup besar karena nilai seorang karyawan sangat berarti disana, sebaliknya jika kita bandingkan dengan negara kita tentu bertolak belakang, jadi peningkatan jumlah pengusaha di negara ini menjadi project besar pemerintah, karena peningkatan ini secara langsung ikut serta meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran karyawan.

Diakhir topik seminar pak Purdi membagikan trik2 untuk mempercepat pertumbuhan bisnis kita, yaitu :

1. Jangan terjebak hanya menjual produk saja tapi perlu dikonsentrasikan pada tahap penjualan bisnis kita. Setelah bisnis kita dibangun pada pondasi yang kuat maka segeralah untuk menjual bisnis kita dengan berbagai cara seperti pembagian saham ataupun diwaralabakan. Kita bisa menjual bisnis kita sekali deal langsung jual atau menjualnya berkali-kali seperti diwaralabakan.

2. Bisnis apapun harus beli properti karena :
a. Kita bisa mendapatkan modal usaha dari pembelian 1 unit
properti atau lebih
b. Ada capital gain dalam bisnis properti
c. Properti mampu menjadi backup usaha kita pada saat2 terjepit
d. Kita bisa membeli properti tanpa uang muka malah dapat duit

Demikian yang bisa saya sharingkan ke pembaca semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi kita semua termasuk saya sendiri yang masih amphibi.

Wasalam,

Salam FUNtastic......!!!